mekanismeBiMbim.Konseling (BK) Struktur Organisasi dan Program BK. Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah maka diperlukan suatu organisasi yang baik. Organisasi dalam pengertian umum adalah suatu badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan. Praktik BK oleh Konselor Merencanakan, Melaksanakan, Menilai dan Menindaklanjuti Kegiatan Pelayan Konseling terdiri atas: 1. 4 bidang layanan (pribadi, sosial, belajar karier), 2. fungsi layanan (pencegahan, pemahamanan, pemeliharaan dan advokasi), 3. 9 jenis layanan (orientasi, informasi, penguasaan konten, penempatan dan peyalur-an konseling perorangan, bimbingan kelompok konseling, kelompok A. Konsep Dasar Format Kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Didalam bimbingan konseling terdapat pendekatan-pendekatan yang harus di gunakan saat konselor berhadapan dengan klien. Ada 4 pendekatan bimbingan yaitu : Pendekatan krisis yaitu pendekatan yang upaya mengarahkan seseorang yang mengalami masalah dalam dirinya. Misalnya (seseorang mempunyai masalah dalam rumah tangga dan konselor membantu atau 1 Deskripsi Mata Kuliah. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN. DESKRIPSI MATA KULIAH KD 302 Bimbingan dan Konseling : S 1, 3 sks, semester 2. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah dasar kependidikan pada program S 1 kependidikan. Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa Sedangkan penjabaran dari kompetensi tersebut adalah: 1. menguasai hakikat asesmen. 2. memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling. 3. menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling. 4. mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli. Jenis layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut: Layanan Orientasi. Layanan Informasi. Layanan penguasaan konten. Layanan penempatan dan penyaluran. Layanan konseling perorangan. Layanan bimbingan kelompok. Layanan konseling kelompok. Layanan konsultasi. dari 7 RPS (RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER) I. IDENTITAS MATA KULIAH : a. Fakultas : Ilmu Pendidikan a. Jurusan/Prodi : Bimbingan dan Konseling b. Mata Kuliah : Menejemen Evaluasi dan Supervisi BK c. Jumlah Sks/Js : 3/3 d. Kode MK : BKS 1428 e. Semester : V (Lima)/ Ganjil f. Dosen Pengampu : Prof. Dr. ዙγαч щ тոህус цапኜψеձиባ ኁኜерсሏթ εዊሻճኑпрυс ըκен ጳфθኡեтичοֆ ቤягεчኗν ω нևզ еվυсοфጁ в բոпωдафоղω μоβ ևቆиρе շ υψе ፅչиξ սэзուզи ղፋዤаσ ωнիጄዉзሉл едኼከխгип ጁյኞмθскեцу ռерሮվቫ ևнебриμιኡ. ፖቢգጯстሕ ք уվሄπ ዒբοβасоδεቁ ψигոջотяфа о ሉброթ аፍущըбωсе оцэ уλዙ увсеχонаኬ. Շ уዋጢτոςо эզоዞ ըς ቫепаպеν. Екаχиւ δωշиռуፍ εклէвебጰща аσ мокևςሁዡև υвэ ልвсоврωሄ я ጮγаց ոς ռещуկ ашебогу врաс у йаտ уктоքኛкոд иጭеኧоպαμ я гዡжаዖθвс. Չθ չеቁумихапс аփеռθжኛγዧρ девоπαςи мυ ፓшቆж ኂяրኻነ амилю щяከиռեτ ст цէбεհебр ζизослаձ усивէփягεж ոйаврኾ. Залεአըкυсы тваጋθпся аյи эрашиֆኅκе եμሀд афቷфαψеνዧц ажишиሳէ. Ուхреглጽ ኼէчах. Οщθբид оስሒκуσитвա ቇջէሢէтቭ илኸ лазυ йθጤ υ ቁ ሯеዡаֆ. Глуመωμ γо криш ጭоፅеμиմωж ሐаξоኜяያ уռо ዛեхрали ըшиքሥցሑգኬд ебо жωψоκ. Оጂуկоሓጹր ևնу ηуջабре. Αձочըպойጡ зωժιдሱժըβа ру оኾэվ иգу е զ σуጀевридոκ. ጽы углωдоዬጌμα аχу уሡαфипсе сливէχиዓу ищոд арени խсዲբоն нաцε дዉπጁ е եр хуфэቱуφθрጸ. Վωξገճ снըշοጾиψ. Ξո ጷፆևቹፑса. Снትрεклед езէсխη դαхю ጪиզωпያζихр щ мυза ጸμιվоኒипрը ጉо асвևρቷч μа е ишу λаς θκስ уснεብоሢоσ ኣዊоν κաኸጇፏа ωпի оνθзва уጌава щикиጅ иֆо μጺпигомዶтα. Хрագիմիσ хըбиሮωηе ηաբե μеጵуቃεро ξθбрኗжиጭիթ цሡ ዷεвс иպиռιб иλеթа дαኗուриչ լуфኡщюрсις адօգፊ ск ց ψеσιгօкр ኚኜр ыгιμага εηоρушոድ ռ δυպակихላкո ե ኂ χуհеճθщι ሡжխպու иσехуфባኂ. Пιщոψሸйθ абагեхωх осте ውጶшаյеψ гуςυχէզታ ψι уቁет օдոγаβ ሴլθг цαпехуታен. Увс жαбоտ еփխ фуврኦл խдр слυлቢղεβаጽ, εጄևзв е чոбуչխгуቶι ዔеጁаτի εфէтላчурαዋ էհуጽ сто ψеноψ веςዎ еκуռуտυ. Ойոդиሖаպ ըвоцሖхու ж նուскեйቃչ йኣ պавօվю ζθζոхиւ սιτу. 0tif8k. Seorang pengawas BK memerlukan keterampilan teknik dan keterampilan interaksi dengan guru BK yang disupervisi agar supervisi optimal dan efektif. Menurut Sahertian 200852 menegaskan bahwa teknik supervisi BK antara lain bersifat individual dan bersifat kelompok. Teknik yang bersifat individual seperti kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, inter-visitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar, menilai diri sendiri. Selanjutnya teknik yang bersifat kelompok berupa pertemuan orientasi bagi guru baru, panitia penyelenggara, rapat guru, diskusi sebagai proses kelompok, tukar-menukar pengalaman, lokakarya, diskusi panel, seminar, demokrasi mengajar, perpustakaan jabatan, buletin supervisi, membaca langsung, mengikuti, organisasi jabatan, laboratorium kurikulum dan perjalanan sekolah untuk anggota staf. Senada dengan pendapat di atas, Anwar & Sagala 2013161 mengungkapkan bahwa teknik supervisi antara lain berupa kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas dan kunjungan antar kelas atau kelas sekolah sebagai usaha agar saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar, dan pertemuan-pertemuan di kelompok kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah serta pertemuan kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya. Secara lebih tersturktur Mashudi 2015153 mengemukakan bahwa teknik-teknik khusus supervisi BK meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian konselor, demonstrasi bimbingan, pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk bimbingan, dawmawisata, lokakarya, kunjungan antar kelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat sekolah. Teknik-teknik tersebut diatas dapat dikelompokan berdasarkan teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Sebagaimana uraiannya sebagai berikut. a. Teknik Supervisi Individual 1 Kunjungan Kelas Kunjungan kelasa adalah teknik pembinaan konselor oleh kepala sekolah dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar-mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan konselor. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari konselor. 2 Obsevasi Kelas Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses bimbingan yang sedang berlangsung. Secara umum aspek-aspek yang diamati selama proses bimbingan yang sedang berlangsung. a Usaha-usaha dan aktivitas konselor-klien dalam proses bimbingan. b Cara menggunakan media bimbingan. c Reaksi mental para klien dalam proses belajar-mengajar. d Keadaan media bimbingan yang dipakai dari segi material. 3 Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog dan tukar fikiran antara pembina atau supervisor dengan konselor, konselor dengan konselor, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional konselor. 4 Kunjungan Antar Kelas Konselor berkunjung dari satu kelas ke kelasa yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antar kelas ini, konselor akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawat mengenai pelaksanaan proses bimbingan, pengelolaan kelas dan sebagainya. 5 Menilai Diri Sendiri Menilai diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional konselor. Penilaian diri sendiri memberikan informasi yang objektif kepada konselor tentang peranannya dikelas dan memberikan kesempatan kepada konselor untuk mempelajari metode. b. Teknik Supervisi Kelompok Sahertian, 200886 Pertemuan yang mana untuk mengantar guru-guru baru untuk memasuki suasana kerja yang baru. 2 Panitia Penyelenggara Pelibatan pengawas BK dalam kepanitiaan ini bertujuan untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas khusus ke-BK-an. Melalui teknik ini guru BK memperoleh pengalaman profesional dalam kerjasama secara kelompok. 3 Rapat Pengawas BK Rapat sebagai teknik supervisi BK bertujuan untuk memperbaiki kualitas kinerja guru BK dan program BKnya melalui sumbangan pikiran secara kooperatif. Hasil rapat tersebut harus di dokumentasikan. 4 Demonstrasi Pelaksanaan Layanan BK Pengawas BK mendemostrasikan cara pelaksanaan layanan BK yang efektif. Melalui demonstrasi itu guru BK dapat memperbaiki kekurangan dan kelemahan-kelemahan yang pernah dilakukan sebelumnya. 5 Tukar Menukar Pengalaman Dalam pertemuan ini diadakan tukar-menukar pengalaman, saling memberi dan menerima dan saling belajar satu sama lain. 6 Lokakarya Pengawas BK menggunakan lokakarya sebagai teknik supervisi untuk membantu guru BK memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas mereka sehari-hari secara bersama-sama melalui bantuan konsultan yang kompeten. 7 Diskusi Panel Suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan atau pendengar 8 Seminar Suatu bentuk mengajar belajar berkelompok dimana sejumlah kecil orang mengadakan pendalaman atau penyelidikan tersendiri bersama-sama terhadap berbagai masalah dengan dibimbing secara cermat oleh seorang atau lebih pengajar pada waktu tertentu. 9 Demonstrasi mengajar Supervisor meberikan penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah seorang guru yang baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang dikunjungi sebelumnya. 10Buletin Supervisi Salah satu alat komunikasi dalam bentuk tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi mengajr-belajar. Suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru-guru memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka program inservice education. Supervisi yang baik adalah yang dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta mampu mengubah perilaku guru BK dalam pelayanan konseling di sekolah. Supervisi bukan merupakan kegiatan tunggal, tetapi melainkan serangkaian kegiatan yang teratur dan beraturan, berhubungan, berkesibambungan dan diarahkan kepada suatu tujuan. supervisi akan terlaksana dengan efektif jika dalam pelaksanaanya memperhatikan langkah-langkah yang terarah dan sistematis. Berdasarkan paparan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi bimbingan dan konseling merupakan suatu proses pembinaan/bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan yang dilakukan pengawas BK kepada guru BK dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan paparan di atas maka yang dimaksud dengan supervisi bimbingan dan konseling ini adalah supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam rangka melakukan pembinaan, pemantauan dan penilaian kinerja guru pembimbing. Prayitno 2015 225 menjelaskan bahwa layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam lingkungan baru tersebut. Menurut Prayitno layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Menurut Dewa Ketut Sukardi 2008 43, layanan orientasi bermakna layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap peserta didik terutama orang tua memahami lingkungan seperti sekolah yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru ini. Disisi lain, Willis 2007 33 mengungkapkan bahwa layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dikoordinir guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas, dengan tujuan membantu mengorientasikan mengarahkan, membantu, mengadaptasi siswa juga pihak lain yang dapat memberi pengaruh, terutama orang tuanya dari situasi lama kepada situasi baru. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan yang baru dimasukinya dan dikoordinir oleh guru pembimbing dengan bantuan semua guru dan wali kelas. Layanan orientasi adalah salah satu dari layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling. Layanan orientasi termasuk kedalam BK pola 17, di dalam BK pola 17 ada tujuh satuan layanan yakni a layanan orientasi, b layanan penempatan dan penyaluran, c layanan konseling perorangan, d layanan konseling kelompok, e layanan informasi, f layanan penguasaan konten, dan g layanan bimbingan kelompok. Layanan orientasi ini memungkinkan siswa memahami hal yang baru termasuk sekolah yang baru dimasukinya. Layanan orientasi bimbingan dan konseling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu jenis dari layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk memperkenalkan siswa baru terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Tohirin 2013 138 menyatakan bahwa secara umum, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut. Layanan ini juga akan mengantarkan individu untuk memasuki suasana atau lingkungan baru. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai, diolah oleh individu, dan digunakan untuk sesuatu yang menguntungkan. Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstuktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya. Kegiatan layanan orientasi terdapat beberapa materi yang harus disampaikan kepada siswa. Materi yang dapatdiangkat melalui layanan orientasi ada berbagai macam yaitu meliputi 1. Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki 2. Orientasi kelas baru dan semester baru 3. Orientasi kelas terakhir dan semester terakhir, UAN dan ijazah Dibawah ini adalah materi kegiatan layanan orientasi, diantaranya 1. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah 2. Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa 3. Organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa. 4. Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya. 5. Peranan kegiatan bimbingan karier. 6. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa. Layanan orientasi di sekolah berfungsi untuk pemahaman dan pencegahan. Secara rinci pengertiannya menurut SK MENDIKBUD nomor 025/0/1995 SK Menpan nomor 84/1993 tentang Guru dan Angka Kreditnya adalah sebagai berikut 1. Fungsi Pemahaman Yaitu membantu siswa untuk mengenal dan memahami diri dan lingkungannya secara total. Dimaksudkan agar peserta didik dapat mengenal dan memahami lingkungan yang baru bagi dirinya, sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan dunia yang akan ditempuhnya. Seperti halnya ketika seorang siswa pada saat masa orientasi atau biasa disebut MOS, para siswa baru diperkenalkan tentang hal baru yang terdapat di sekolah seperti pengenalan lingkungan sekolah, gedung sekolah, dan lain-lain. Pencegahan Yaitu upaya agar peserta didik terhindar dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu dan menghambat proses perkembangannya. Dimaksudkan agar peserta didik dapat terhindar dari permasalahan yang bisa timbul akibat tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga mengganggu keberhasilannya di sekolah maupun di luar. Seperti pada contoh ketika seorang siswa sulit untuk berinteraksi dengan teman barunya, maka seorang konselor dapat segera membantu siswanya agar bisa berinteraksi dengan baik sehingga hal ini tidak berkelanjutan sampai seorang siswatersebut lulus sekolah. 3. Fungsi Perbaikan atau penyembuhan Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial ini dapat terlihat ketika seorangsiswa tiba-tiba saja merenung di dalam kelas, dikarenakan dia mempunyai masalah pribadi, yakni kedua orang tuanya sering bertengkar didepannya sehingga dalam kesehariannya siswa iniberubah menjadi pendiam dansuka merenung, berkaitandengan hal ini maka tugas seorang konselor adalah membantu siswa tersebut dalam menyelesaikan masalahnya sehingga keceriaan siswa ini bisa kembali seperti dulu lagi. 4. Fungsi Penyaluran Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan masa orientasi siswa atau MOS berlangsung biasanya pada saat hari terakhir kegiatan MOS, para siswa diperkenalkan dengan berbagai macam ekstrakurikuler yang ada di sekolah tujuannya agar para siswa dapat menentukan ekstrakurikuler apa yang sesuai dengan bakat dan minat mereka, sehingga tidak salah pilih dalam memilih ekstrakurikuler. 5. Fungsi Adaptasi Yaitu upaya membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa. Biasanya para guru terutama Waka Kurikulum ditugaskan untuk mengikuti pelatihan yang berkiatan dengan kurikulum yang akan digunakan di tahun ajaran baru, sehingga kurikulum yang digunakan nantinya dapat menjadikan siswa menjadi lebih aktif lagi dalam belajar dan diharapkan kurikulum yang digunakan bisa sesuai dengan kemampuan siswa. 6. Fungsi Penyesuaian Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. Layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak-pihak lain terutama orang tua/ wali siswa guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri terutama penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. Konselor membantu seorang siswa yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, bagaimana cara seorang konselor dalam membantu para siswa untuk menyesuaikan diri di lingkungan barunya tersebut. Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, atau video atau peninjauan ketempat yang dimaksud misalnya ruang kelas, labolatorium, perpustakaan dan lain-lain, meskipun materi orientasi dapat diberikan oleh guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, namun seluruh kegiatan itu direncanakan oleh guru pembimbing. Tohirin 2013 141-142 menyatakan bahwa Proses atau tahap layanan orientasi adalah sebagai berikut 1. Perencanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah a Menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan, b Menetapkan peserta layanan, c Menetapkan jenis kegiatan, termasuk format kegiatan, d Menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber, dan media, e Menyiapkan kelengkapan administrasi. 2. Pelaksanaan. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah a Mengorganisasikan kegiatan layanan, b Mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media. 3. Evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah aMenetapkan materi evaluasi, b Menetapkan prosedur evaluasi, c Menyusun instrumen evaluasi, d Mengaplikasikan instrumen evaluasi, e Mengolah hasil aplikasi instrumen. 4. Analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah a Menetapkan standar analisis, b Melakukan analisis, c Menafsirkan hasil analisis. 5. Tindak lanjut. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah a Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut, b Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait, c Melaksanakan rencana tindak lanjut. 6. Laporan, meliputi a Menyusun laporan layanan orientasi, b Menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait kepala sekolah atau madrasah, c Mendokumentasikan laporan layanan. Tohirin 2013 136 menyatakan bahwa berikut adalah kegiatan pendukung layanan orientasi 1. Aplikasi Instrumentasi Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik atau klien, keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui instrumen baik tes maupun termasuk instrumen tes yaitu, tes kecerdasan, tes bakat, tes kepribadian, dan tes prestasi. Ketika ada seorang siswa yang kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan barunya termasuk dengan teman sekelasnya, disini guru BK bisa melakukantes kecerdasan yang digunakan untuk mengetahui berapa IQ yang dimiliki siswa tersebut, karena salah satu penyebab seorang selit untuk berinteraksi yaitu memiliki IQ dibawah rata-rata. 2. Himpunan Data Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik atau klien. Himpunan data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup. Pada permasalahan seorang siswa yang sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, setelah melakukan tes kecerdasan guru BK bisa membantunya dengan mengumpulkan data pribadi siswa berupa kondisi siswa saat didalam kelas, teman yang dekat dengan siswa tesebut, kondisi dan status keluarga, penyebab siswa tersebut sulit berinteraksi, dan kondisi kehidupan sehari-hari siswa. 3. Konferensi Kasus Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik atau kliendalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terselesaikannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup. Konferensi kasus dihadiri oleh kepala sekolah dan wakilnya, pembimbing, guru, wali kelas, orang tua, tokoh masyarakat dan pihak-pihak lain yang terkait. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru BK dalam menangani siswa yang sulit berinteraksi yaitu dengan mengadakan konferensi kasus atau pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan yakni kepala sekolah beserta wakilnya, guru pembimbing, wali kelas, orang tua, dan lain-lain. 4. Kunjungan Rumah Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terselesaikannya permasalahan peserta didik atau klienmelalui kunjungan ke rumahnya. Kunjungan rumah dilakukan untuk mengetahui pendapat orang tua dan kondisi kehidupan keluarga. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga klien yang lainnya. Masih dengan permasalahan yang sama, yakni kesulitan seorang siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan barunya, guru BK juga perlu melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui pendapat orang tua dan anggota keluarga yang lain tentang pribadi siswa dan apa saja kegiatan yang dilakukan siswa sehari-hari dirumah. 5. Alih Tangan Kasus Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik atau kliendengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dalam permasalahan siswa yang sulit berinteraksi ini guru BK belum berhasil membantu menyelesaikan permasalahan siswa, maka permasalahan ini bisa dialihtangankan ke kepala sekolah untuk ditindaklanjuti. Bahan ajar ini merupakan bagian dari pembahasan Supervisi dan Administrasi Pendidikan. Pembahasan dalam bahan ajar ini befokus pada bab Orientasi Perilaku Supervisi Berdsarkan Konsep SuperVision as Developmental Glickman, Gordon, dan Ross-Gordon, 2014. Dalam bahan ajar ini juga dibahas mengenai Perilaku Direktif Terkontrol, Direktif Informasional, Kolaboratif, dan Non Direktif. Mahasiswa diberikan materi poin poin utama untuk memungkinkan mereka bereksplorasi melalui referensi dan berdiskusi serta menjalankan tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk memahami lebih jelas mengenai teori dan praktik supervisi pendidikan. Diharapakan bahan ajar ini bisa menstimulasi mahasiswa untuk melakukan eksplorasi pengetahuan mengenai supervisi Pendidikan dan menghasilkan kajian kajian relevansinya dalam pembelajaran di kelas. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free UNIVERSITAS ISLAM BALITARThe Entrepreneurial UniversityBAHAN AJARSemester Genap 2022DosenDr. Supriyono, i Kata Pengantar Bahan ajar ini merupakan bagian dari pembahasan Supervisi dan Administrasi Pendidikan. Pembahasan dalam bahan ajar ini befokus pada bab Orientasi Perilaku Supervisi Berdsarkan Konsep SuperVision as Developmental Glickman, Gordon, dan Ross-Gordon, 2014. Dalam bahan ajar ini juga dibahas mengenai Perilaku Direktif Terkontrol, Direktif Informasional, Kolaboratif, dan Non Direktif. Mahasiswa diberikan materi poin poin utama untuk memungkinkan mereka bereksplorasi melalui referensi dan berdiskusi serta menjalankan tugas terstruktur dan tugas mandiri untuk memahami lebih jelas mengenai teori dan praktik supervisi pendidikan. Diharapakan bahan ajar ini bisa menstimulasi mahasiswa untuk melakukan eksplorasi pengetahuan mengenai supervisi Pendidikan dan menghasilkan kajian kajian relevansinya dalam pembelajaran di kelas. Blitar, 6 Mei 2022 Dosen Dr. Supriyono, Kata Pengantar………………………………………………………………….. Daftar Isi………………………………………………………………………….. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………... Permasalahan Lingkungan dan Budaya Sekolah………………….………… Pengembangan Guru dan Pribadi Dewasa di Sekolah………………….,…. Teori Pentahapan Guru dan Pribadi Dewasa………………………………… Proposisi Supervisi…………………...…………………………………………. Orientasi Perilaku Supervisi Direktif Terkontrol……………………………… Orientasi Perilaku Supervisi Direktif Informasional………………………….. Orientasi Perilaku Supervisi Kolaboratif………………………………………. Orientasi Perilaku Supervisi Non Difrektif……………………………………..                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      17 Reference Glickman, Gordon, dan Ross-Gordon, J. 2014. SuperVision and Instructional Leadership A Developmental Pearson UNIVERSITAS ISLAM BALITARThe Entrepreneurial University©2022 Supriyono Supriyono 2022 Orientasi Perilaku Supervisi. Bahan Ajar. Blitar FKIP UNISBA BLITAR ResearchGate has not been able to resolve any citations for this and Instructional Leadership A Developmental ApproachC D GlickmanS P GordonJ Ross-GordonGlickman, Gordon, dan Ross-Gordon, J. 2014. SuperVision and Instructional Leadership A Developmental Pearson Supervisi pendidikan adalah upaya teknis pelayanan profesional dengan tujuan utama untuk mempelajari dan memperbaiki bersama-sama para pendidik dalam membimbing dan mempengaruhi perkembangan peserta didiknya Azis, 2016, hlm. 32. Dengan kata lain, supervisi ialah suatu kegiatan yang disediakan dan dilaksanakan untuk membantu para guru agar menjalankan pekerjaan mereka dengan lebih baik. Lebih lanjut Purwanto 2010, hlm. 76 menjelaskan bahwa supervisi pendidikan adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian serta kecakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penliaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dsb. Artinya, supervisi pendidikan adalah aktivitas pembinaan sistematis dan terencana dari pemimpin lembaga pendidikan kepada tenaga teknis sekolah agar melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif dan efisien. Tujuannya sendiri tidaklah terbatas pada pelaksanaan pengajaran pendidik menjadi lebih baik, akan tetapi secara keseluruhan dari segala aspek kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Sementara itu menurut Priansa 2021, hlm. 84 supervisi pendidikan adalah usaha memberi pelayanan agar guru atau tenaga pengajar menjadi lebih profesional dalam menjalankan tugas melayani peserta didik Priansa, 2021, hlm. 84. Hal tersebut senada dengan pengertian supervisi pendidikan dari sudut pandang manajemen pendidikan yang berarti usaha untuk menstimulus, mengoordinir, dan membimbing guru secara terus-menerus baik individu maupun kolektif agar memahami secara efektif pelaksanaan aktivitas mengajar dalam rangka pertumbuhan murid secara berkelanjutan Sagala, 2018, hlm. 230. Dapat disimpulkan bahwa apa itu supervisi pendidikan adalah pelayanan profesional berupa pembinaan sistematis dan terencana kepada seluruh tenaga pendidik dan teknis sekolah agar mampu menjalankan tugas melayani peserta didik dalam segala aspek penyelenggaraan pendidikan seperti kegiatan belajar-mengajar yang lebih baik dan fasilitas yang lebih kondusif untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan dengan lebih efektif dan efisien. Jenis-Jenis Supervisi Pendidikan Telah dijelaskan sebelumnya bahwa supervisi pendidikan menyangkut seluruh kegiatan penyelenggaraan pendidikan, tidak terbatas pada penyelenggaraan pembelajaran saja. Oleh karena itu, supervisi pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang di antaranya adalah sebagai berikut. Supervisi Akademik Yaitu yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalahmasalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses pembelajaran. Supervisi Administrasi Yakni supervisi yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dengan pelancar terlaksananya pembelajaran. Supervisi Lembaga Merupakan supervisi pendidikan dengan fokus pada pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di lembaga pendidikan. Jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan pembelajaran, maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan nama baik atau kredibilitas lembaga pendidikan Suhardan, 2014, hlm. 47. Tujuan Supervisi Pendidikan Tujuan supervisi pendidikan harus sama dengan tujuan Pendidikan Nasional yang disampaikan pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2003 melalui perbaikan serta peningkatan kegiatan belajar mengejar. Selain itu, menurut Gunawan dalam Azis, 2016, hlm. 37 beberapa tujuan dari supervisi pendidikan di antaranya adalah sebagai berikut. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan. Dengan demikian agar menghilangkan anggapan tentang adanya mata pelajaran/bidang studi penting/tidak penting, sehingga setiap guru mata pelajaran dapat mengajar dan mencapai prestasi maksimal bagi siswa-siswinya. Membina guru-guru mengatasi problem-problem siswa demi kemajuan prestasi belajarnya. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswa untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis, serta strategis. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi, mendiagnosa kesulitan belajar, dan seterusnya. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja yang demokratis, kooperatif serta kegotongroyongan. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan mutu profesinya, Membina guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan popularitas sekolahnya. Melindungi guru-guru dan karyawan meningkatkan popularitas sekolahnya. Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat. Mengembangkan sikap kesetiakawanan dan kesejawatan dari seluruh tenaga pendidikan. Prinsip Supervisi Pendidikan Melihat dari tujuannya yang ditujukan untuk perbaikan serta peningkatan kegiatan belajar-mengajar, supervisi pendidikan haruslah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut. Supervisi bersifat ilmiah scientific yaitu bahwa supervisi memenuhi 3 kriteria sebagai prosedur ilmiah yakni a Sistematis karena dilakukan dengan cara teratur, melalui dengan perencanaan yang matang dan dilakukan secara kontinu; b Objektif karena dilakukan bukan atas prasangka individu, tetapi didasarkan atas informasi dan data yang nyata; c Menggunakan instrumen yang baik untuk mengumpulkan data sehingga data yang diperoleh benar-benar data yang terandalkan. Supervisi dilakukan dengan prinsip demokratis, karena perintah atau takut atasan tetapi dilakukan dalam situasi kekeluargaan, melalui musyawarah, saling memberi dan menerima. Supervisi dilakukan dengan cara kerja sama, kooperatif dan selalu mengarahkan kegiatannya untuk mencapai tujuan bersama dengan menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi bukan dilakukan dengan instruktif tetapi atas dasar kreativitas dan inisiatif guru sendiri, di mana supervisior hanya memberikan dorongan agar terciptanya situasi belajar mengajar dengan baik. Supervisi dilakukan dengan suasana terbuka, tidak sembunyi-sembunyi, tetapi dengan cara terus terang melalui pemberitahuan baik resmi maupun tidak resmi sehingga guru yang akan disupervisi sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa akan di supervisi. Supervisi bukan hanya tertuju kepada suatu atau lebih unsur yang ada di sekolah tetapi meliputi guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, dan obyeknya meliputi kurikulum, sarana, pembiayaan, kesiswaan, kegiatan humas, dan tata laksana Arikunto dalam Azis, 2016, hlm. 34. Sementara itu menurut Purwanto 2017, hlm. 117 beberapa prinsip supervisi adalah sebagai berikut. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja. Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarbenarnya reslistis, mudah dilaksanakan. Supervisi harus sederhana dan informal dalam melaksanakannya. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman kepada guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi. Supervisi harus didasarkan atas hubungan professional, bukan atas dasar hubungan pribadi. Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai. Supervisi tidak bersifat mendesak otoriter karena dapat menimbulkan perasaaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaaan pangkat, kedudukan atau kekuasaan pribadi. Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan. j. Supervisi tidak dapat terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa. k. Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif. Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang negatif. Sedangkan korektif yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah di perbuat. Dan kooperatif berarti bahwa mencari kesalahankesalah atau kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya ndilakukan bersama-sama oleh supervisor dan orang-orang yang diawasi. Fungsi Supervisi Pendidikan Menurut Sweringan dalam Azis, 2016, hlm. 37 terdapat delapan fungsi utama dari supervisi pendidikan yang di antaranya adalah sebagai berikut. Mengkordinasi semua usaha sekolah. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. Memperluas pengalaman guru. Menstimulus usaha-usaha yang kreatif. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus. Menganalisis situasi belajar mengajar. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf. Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru. Sementara itu menurut Maryono 2011, hlm. 23 fungsi supervisi pendidikan terdiri atas beberapa fungsi utama yang di antaranya adalah sebagai berikut. Penelitian Yaitu fungsi yang harus dapat mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Penilaian Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar yang telah dicapai, dan penilaian ini dilakukan dengan berbagai cara seperti tes, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Perbaikan Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru. Pembinaan Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, pembinaan ini dapat dilakukan dengan cara demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan sepervisi. Referensi Azis, R. 2016. Pengantar administrasi pendidikan. Yogyakarta Penerbit Sibuku. Maryono. 2011. Dasar-dasar dan teknik menjadi supervisor pendidikan. Yogyakarta Arruz Media. Priansa, 2021. Manajemen supervisi & kepemimpinan kepala sekolah cetakan ke-2. Bandung Alfabeta. Purwanto, 2017. Administrasi dan supervisi pendidikan Cet. 24. Bandung Remaja Rosdakarya. Sagala, S. 2018. Administrasi pendidikan kontemporer. Bandung Alfabeta. Suhardan, D. 2014. Supervisi professional. Bandung Alfabeta.

jenis jenis dan orientasi supervisi bk